Pengalaman lewat Cross Border Golden Triangle: Salah Riset, Terdampar di Zona Ekonomi Laos



Cross Border Golden Triangle: Thailand – Laos

Chiang Saen – Tonpheung – Huay Xai – Luang Prabang
20 Jam Tidur Bersama Orang Asing di Bus Sarden Laos

Golden Triangle adalah salah satu destinasi wajib dikunjungi jika bepergian ke Thailand bagian utara. Kawasan perbatasan Thailand–Laos–Myanmar ini menawarkan pengalaman unik, baik dari sisi sejarah maupun petualangan lintas negara.

Ini adalah sedikit kisah dari perjalanan saya berkelana ke asean untuk menemukan jatidri di usia tiga puluh (hahaha)

Saya tidak menulis secara detail awal perjalanan dll karena akan sangat mainstream. Jadi saya memutuskan menulis hal hal yang menarik selama perjalanan ini.

Transportasi Menuju Golden Triangle

Bus Chiang Rai – Chiang Saen: 50 Baht

Tuk-tuk: 150 Baht (bisa patungan hingga 4 orang)


Setelah puas mengeksplor Golden Triangle, rencana awal saya adalah menuju Chiang Kong untuk menyeberang ke Huay Xai (Bokeo, Laos). Namun karena riset yang terlalu terburu-buru, saya memutuskan mencoba cross border langsung dari Golden Triangle.

Dan ya, ternyata bisa.

---

Menyebrang Sungai Mekong di Golden Triangle

Dari area Golden Triangle, cukup berjalan kaki sekitar 15 menit menuju imigrasi Thailand. Setelah cap keluar, dilanjutkan naik klotok (perahu kecil) menyeberangi Sungai Mekong dengan biaya 70 Baht.

Sampai di sini semuanya masih terasa menyenangkan:

Cross border langsung dari Golden Triangle

Menyebrangi Sungai Mekong

Pengalaman yang terasa “petualang banget”


Namun hidup tidak mungkin selalu mulus kan, drama dimulai setelah sampai di sisi Laos.


---

Zona Ekonomi Khusus Tonpheung, Laos: Culture Shock

Sesampainya di imigrasi Laos, saya mengalami pungutan tidak resmi (sangat mirip dengan negara tercinta, haha). Setelah keluar, barulah saya sadar:

Saya berada di Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zone) Tonpheung, masih masuk Provinsi Bokeo, Laos.
Kesan pertama:

Gedung-gedung tinggi, kasino, KTV di mana-mana

Terasa seperti calon “Macau versi Laos”

Bahasa yang terlihat hanya Lao dan Mandarin, nyaris tanpa alfabet Latin

Tidak terlihat money changer (sementara saya belum tukar Kip)

Infrastruktur jalan sangat lebar dan mulus, sedang dibangun besar-besaran


Kondisinya sangat kontras dibanding sisi Thailand maupun Myanmar.


---

Terjebak di Tengah “Nowhere”

Masalah mulai menumpuk:

Tidak ada tuk-tuk atau transportasi umum

Tidak ada informasi wisata

Tidak ada turis asing

Warga lokal mayoritas pekerja atau warga Tiongkok

Hampir tidak ada yang bisa bahasa Inggris

Tentara memeriksa paspor di pintu masuk kota


Google Maps nyaris tidak berguna, internet lambat, baterai dan power bank hampir habis.
Di titik ini, saya mulai panik.

Satu-satunya opsi adalah shuttle kasino gratis, yang saya ketahui dari warga Thailand yang kebetulan ada di sana. Shuttle ini membawa saya ke pusat kawasan kasino.

Namun tetap tidak membantu banyak.


---

Jalan Kaki 2 Jam di Tengah Debu

Karena tak ada solusi lain dan taksi pasti mahal, saya memutuskan berjalan kaki keluar kota.
Hari mulai gelap. Debu tebal.
Saya berjalan hampir 2 jam, padahal pagi harinya saya baru saja trekking turun dari gunung tertinggi kedua di Thailand.

Dalam kondisi setengah putus asa, saya akhirnya melihat papan-papan jurusan bus berbahasa Lao dan Mandarin. Saya yakin: ini terminal bus.


---

Menginap di Losmen & Realita Mata Uang

Saya menginap di losmen dekat terminal dengan bahasa isyarat. Di sinilah saya baru tahu:

Mata uang utama di kawasan ini: Yuan

Lalu Baht

Terakhir baru Kip



---

Terminal Bus Tonpheung: Gerbang ke Seluruh Laos & China

Pukul 5 pagi, terminal sudah ramai. Banyak penumpang memakai piyama karena:

Rata-rata perjalanan 18 jam ke atas

Banyak rute langsung ke China mainland


Dari terminal ini bisa langsung ke berbagai kota di Laos:

Luang Prabang: 200 Yuan

Huay Xai: 50 Yuan

Dan kota-kota lain


Saya memilih Huay Xai terlebih dahulu karena dari sana banyak opsi ke Luang Prabang.


---

Huay Xai – Luang Prabang: 3 Opsi Transportasi

1. Van

Tidak saya pilih:

Sopir ugal-ugalan

Lebih mahal

Tidak nyaman


2. Slow Boat

Durasi 2 hari.
Karena saya sudah sering naik kapal (pulang kampung lewat Sungai Mahakam), opsi ini saya lewati.

3. Bus “Sarden” (Pilihan Saya)

Inilah keputusan paling melelahkan:

Harga: 310.000 Kip

Durasi: ±20 jam

Model: Sleeper bus (tapi tidak bisa benar-benar tidur)

Tinggi saya: 173 cm (harus menekuk, tidak bisa lurus)

Tanpa toilet (berhenti di hutan)

Tanpa makan

Over capacity (tidur di lantai pun boleh)

Satu bed berdua dengan orang asing 😅


Selama 20 jam, saya harus berbagi ruang tidur sempit dengan orang yang tidak dikenal, fokus menahan badan agar tidak jatuh karena jalanan Laos yang rusak dan berkelok.

Sleeper bus di Vietnam dan Kamboja masih jauh lebih manusiawi. Di Laos, ini benar-benar bus sarden.


---

Kesimpulan & Rekomendasi Jalur Aman

Jika ingin melewati jalur ini, saran saya:

1. Golden Triangle → Luang Namtha
Lalu lanjut kereta ke Luang Prabang / Vang Vieng / Vientiane


2. Atau pilih Slow Boat jika ingin santai dan menikmati pemandangan Sungai Mekong



Riset matang sangat penting.
Pengalaman ini berharga, tapi tidak ingin saya ulangi 😅



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan dari Jakarta ke Laos: Panduan Lengkap dan Pengalaman Liburan

Masuk Myanmar di Tengah Junta Militer: Pengalaman Wisata Yangon 2024