Masuk Myanmar di Tengah Junta Militer: Pengalaman Wisata Yangon 2024





Apakah Wisata Myanmar Aman? Berikut informasi Wisata Yangon berdasarkan pengalaman saya di tahun 2024.


Apakah ada yang kepikiran jalan-jalan ke Myanmar yang saat ini masih berada di bawah rezim junta militer?

Bagi sebagian traveler pencari pengalaman ekstrem, mengunjungi negara yang masih mengalami konflik internal justru memicu adrenalin dan sensasi tersendiri.

Disclaimer:
Saya tidak mendukung kekuasaan junta militer Myanmar yang tidak demokratis dan sarat pelanggaran HAM. Tulisan ini juga merupakan bentuk solidaritas saya kepada para pejuang demokrasi Myanmar. Belasungkawa mendalam untuk masyarakat sipil tak berdosa yang gugur di tangan militer negaranya sendiri. Semoga Myanmar segera kembali menjadi negara yang demokratis dan damai sepenuhnya.


---

Masuk ke Myanmar (Visa & Imigrasi)

WNI dapat masuk ke Myanmar bebas visa selama 14 hari, dengan catatan masuk dan keluar melalui bandara internasional di:

Yangon (RGN)

Naypyidaw

Mandalay


⚠️ Perbatasan darat tidak bisa digunakan jika hanya menggunakan bebas visa.

Saya terbang menggunakan Myanmar Airways International dari Bangkok DMK. Saat check-in, saya diminta:

Tiket pulang (maskapai sama, PNR berbeda: RGN–BKK)

Bukti penginapan dari Agoda


Di dalam pesawat, dibagikan dua formulir:

1. Deklarasi Kesehatan


2. Kartu Imigrasi


Isinya sederhana. Pastikan alamat penginapan lengkap (nomor, jalan, township). Jika kurang jelas di bukti booking, bisa dicek lewat Google Maps.

Setelah mendarat:

1. Serahkan Deklarasi Kesehatan


2. Kartu Imigrasi distempel


3. Lanjut ke imigrasi


Petugas hanya menanyakan durasi tinggal. Tidak ada pertanyaan aneh.

Uniknya, stempel masuk Myanmar saya ditimpa di atas stempel Indonesia tahun lalu—padahal masih jelas terlihat 😅.

Setelah imigrasi, lanjut ke bagasi dan bea cukai. Semua tas wajib masuk X-ray.

Di pintu keluar bandara, banyak supir taksi dan penjual kartu SIM. Saran saya: jangan beli SIM di bandara karena jauh lebih mahal.


---

Tarik Tunai & ATM di Myanmar
Selama di Myanmar, saya tidak menukar uang di money changer. Semua transaksi saya lakukan dengan tarik tunai di ATM.

Hal unik yang saya temukan adalah perbedaan besar kurs internet vs kurs nyata.

📅 22 November 2024

Kurs internet:
MMK 1 = IDR 7,59

Kurs nyata ATM:
MMK 1 = IDR 4,599


Saya menarik MMK 200.000, yang seharusnya sekitar IDR 1,5 juta, tapi ternyata hanya terdebit IDR 919.827.

Sejak itu, saya selalu hitung manual dan tidak lagi mengandalkan kurs aplikasi.

📍 ATM Bandara RGN

Lokasi: dekat zona keberangkatan

Tersedia 3 ATM

Hanya ATM paling ujung yang berhasil

Beberapa ATM tidak mendukung PIN 6 digit


📍 ATM Kota
Saya berhasil tarik tunai di CB Bank, lantai dasar Sakura Tower, Downtown Yangon (Kyauktada Township). Kursnya relatif sama.


---

Transportasi dari & ke Bandara

Pilihan transportasi:

Taksi putih

Grab (sangat direkomendasikan)

Semua kendaraan yang masuk area bandara wajib menyerahkan identitas di pos polisi.

Grab di Yangon sangat mudah, bisa bayar pakai kartu debit, jadi aman tanpa cash.

💡 Tips:

Dari bandara → kota: bandingkan harga Grab lalu tawar taksi putih

Dari kota → bandara:
Ada bus Airport–Sule, tapi tidak masuk area bandara. Bus belok sebelum bandara, jadi tetap perlu Grab untuk lanjut.



---

Penginapan di Yangon

Saya menginap di Hood Hostel, Downtown Yangon.

Kelebihan:

Lokasi strategis

Staf fasih bahasa Inggris

Sarapan dengan menu berganti tiap hari

Bisa pesan tur ke luar kota (misalnya Bago)

Pembayaran fleksibel (cash / kartu / online)

Tipe kamar:

Dormitory

Kamar mandi bersama, bersih & nyaman


Saya sangat menyukai lokasinya karena benar-benar memperlihatkan kehidupan asli masyarakat Yangon. Warung kopi ibu-ibu etnis India di seberang hostel jadi langganan saya tiap malam ☕🤣


---

Beli Kartu SIM di Kota

Sekali lagi: jangan beli SIM di bandara.

Saya membeli SIM ATOM di toko gadget di kota:

Harga SIM: MMK 6.000 (~IDR 18.400)

Voucher pulsa: MMK 13.000

Paket internet 3 GB: MMK 10.690 (~IDR 49.200)


📱 Pengisian pulsa & paket harus lewat aplikasi ATOM.
Voucher digosok manual—nostalgia zaman SMP 🤣

Saya pakai Flexiplan, bisa atur sendiri kuota & menit telepon. Dapat bonus 700 MB, cukup untuk 5 hari.


---

Transportasi Umum di Yangon

Moda utama:

1. Grab (mobil saja)


2. Bus kota



Bus agak tricky:

Tidak ada info rute lengkap di Google Maps

Saya pakai peta JICA tahun 2020 (masih cukup akurat)


Bus favorit saya:

Bus No. 61 (Sule Pagoda ↔ Shwedagon Pagoda)

Tarif:

Non-AC: MMK 400

AC: MMK 500


Tarif flat, tidak perlu sebut tujuan


⚠️ Jangan lupa tekan bel kalau mau turun.

Ada juga kereta Yangon Circular Railway (Loop Line):

Durasi 3–4 jam

Tanpa jadwal pasti

Informasi antar petugas sering berbeda 😇



---

Makanan Halal di Yangon

Tenang, makanan halal sangat mudah ditemukan, terutama di Downtown.

Populasi muslim cukup besar, mayoritas keturunan India dan fasih bahasa Burma. Warung halal bertebaran dan ramah wisatawan.


---

Keamanan Wisata di Yangon

Berdasarkan pengalaman saya, Yangon relatif aman untuk wisatawan asing.

Banyak warga bisa bahasa Inggris

Saya membawa kamera Nikon + lensa tele tanpa masalah

Orang lokal ramah, paling hanya melirik


⚠️ Tetap waspada, terutama di bus yang padat. Copet masih ada, bahkan menargetkan warga lokal.


---

Larangan & Hal Sensitif di Myanmar

Karena Myanmar masih di bawah junta militer, banyak hal sensitif:

❌ Jangan memotret:

Tentara

Polisi

Kantor polisi

Pos jaga

Fasilitas militer


Selfie dengan aparat kadang boleh, asal terang-terangan, bukan diam-diam.

❌ Hati-hati memotret:

Bandara

Stasiun

Objek vital


❌ Jangan mendekati atau mendokumentasikan demonstrasi
Ada kasus WN Jepang ditangkap karena memotret demo dan dituduh menyalahgunakan visa turis.

👉 Fokus wisata saja. No politics.


---

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk siapa pun yang berencana berwisata ke Myanmar, khususnya Yangon. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan dari Jakarta ke Laos: Panduan Lengkap dan Pengalaman Liburan

Pengalaman lewat Cross Border Golden Triangle: Salah Riset, Terdampar di Zona Ekonomi Laos