Hitchhiking Kamboja ke Laos: Perjalanan Darat Super Hemat Mencari Jati Diri di Usia 30-an



Hitchhiking Kamboja ke Laos: Perjalanan Darat Super Hemat Mencari Jati Diri di Usia 30-an

Perjalanan darat lintas negara di Asia Tenggara selalu memberi ruang untuk refleksi. Bukan hanya soal berpindah dari satu negara ke negara lain, tapi tentang apa yang tersisa ketika rencana habis, uang menipis, dan usia tidak lagi muda.

Di usia 30-an, saya melakukan perjalanan hitchhiking dan menyeberang land border dari Kamboja ke Pakse, Laos. Sebuah perjalanan super hemat, penuh risiko, dan sarat pelajaran—bukan untuk semua orang, tapi sangat relevan bagi mereka yang sedang mencari arah hidup.

Ini bukan panduan wisata. Ini cerita perjalanan mencari jati diri di ASEAN, lewat jalan yang panas, sepi, dan tidak selalu ramah.


---

Hitchhiking dari Stung Treng ke Perbatasan Laos

Perjalanan dimulai dari Stung Treng, Kamboja, menuju perbatasan Nok Nong (Kamboja–Laos). Di titik ini, saya memutuskan mencoba hitchhiking.

Keputusan yang terdengar nekat, apalagi dilakukan di usia 30-an—saat banyak orang justru mulai mencari stabilitas.

Saya berdiri di pinggir jalan dengan ransel di punggung. Tidak ada jadwal. Tidak ada rencana cadangan. Hanya satu pikiran: kalau tidak berani sekarang, kapan lagi?

Keberuntungan datang dari sepasang suami istri lokal yang memberi tumpangan gratis hingga gerbang border.

Perbandingan biaya:

Van reguler Stung Treng–border: ± 10 USD

Hitchhiking: 0 USD


Murah, tapi penuh risiko.


---

Imigrasi Kamboja–Laos: Realita Border Darat Asia Tenggara
Keluar dari Kamboja: Gratis Tapi Tidak Selalu Mudah

Di imigrasi Kamboja, proses keluar negara seharusnya gratis. Namun seperti banyak border darat di Asia Tenggara, tetap ada upaya meminta biaya tambahan.

Saya memilih berdebat dengan sopan tapi tegas. Melelahkan, tapi berhasil lolos tanpa membayar.

Di titik ini saya sadar, perjalanan hemat sering kali menuntut energi mental lebih besar daripada uang.

Masuk Laos: Pungli yang Sulit Dihindari

Saat masuk Laos, situasinya berbeda. Saya diminta membayar 2 USD sebagai “biaya tambahan”. Saya mencoba berargumen, tapi akhirnya menyerah.

Bahkan setelah membayar, masih ada pungli lanjutan.

Pelajaran penting:

> Jika menyeberang border darat Kamboja–Laos, siapkan uang kecil dan mental yang kuat.




---

Dari Border Laos ke Pakse: Perjalanan Darat Tanpa Kepastian

Keluar dari imigrasi Laos, tantangan sebenarnya dimulai.

Tidak ada transportasi umum

Jalanan sepi

Matahari terik dan sawah luas


Saya berjalan kaki lebih dari dua kilometer dengan ransel penuh. Di usia 30-an, tubuh tidak sekuat dulu. Haus, lelah, dan mulai muncul pertanyaan yang lebih dalam:
apakah ini perjalanan atau pelarian?

Seorang warga lokal memberi saya minum. Hal sederhana, tapi cukup untuk menguatkan langkah.


---

Hitchhiking di Laos: Menunggu, Panas, dan Ragu
Saya kembali mencoba hitchhiking.

Tumpangan pertama hanya membawa saya sekitar 5 km ke jalan raya yang lebih ramai. Setelah itu, saya menunggu lebih dari satu jam di bawah panas matahari.

Tidak ada bus ke Pakse.
Tidak ada kendaraan umum.

Pilihan yang tersisa:

1. Menyerah dan kembali


2. Bertahan tanpa kepastian



Saya memilih bertahan. Bukan karena yakin, tapi karena tidak ingin pulang dengan penyesalan.

---

153 Kilometer Menuju Pakse dengan 40.000 Kip

Sebuah mobil sedan akhirnya berhenti. Seorang bapak bertanya singkat:

> “Ada uang berapa?”



Saya menunjukkan seluruh sisa uang saya: 40.000 Kip Laos (sekitar Rp25.000).

Ia mengangguk dan mengizinkan saya masuk.

Jarak tempuh: 153 km menuju Pakse.

Sepanjang perjalanan, peta selalu terbuka. Bukan karena tidak percaya, tapi karena belajar bertanggung jawab pada pilihan sendiri—hal yang sering terlupakan di usia 30-an.


---

Sampai di Pakse: Kebetulan yang Terasa Seperti Takdir

Mendekati Pakse, bapak itu bertanya di mana saya ingin turun. Saya menunjukkan lokasi hostel.

Ia tersenyum.

Pemilik hostel ternyata temannya.

Dengan 40.000 Kip, saya:

Hitchhiking sejauh 153 km

Tiba dengan selamat di Pakse

Turun tepat di depan hostel


Di perjalanan hemat seperti ini, kadang logika kalah oleh kebetulan.


---

Perjalanan Mencari Jati Diri di Usia 30-an

Perjalanan hitchhiking dari Kamboja ke Laos ini bukan tentang murahnya biaya, tapi mahalnya pelajaran.

Di usia 30-an, perjalanan tidak lagi soal destinasi populer. Lebih sering tentang menguji batas diri, menerima ketidakpastian, dan berdamai dengan pilihan hidup.

> Hitchhiking adalah high risk travel. Tidak cocok untuk semua orang.



Namun bagi saya, perjalanan darat lintas negara di ASEAN ini adalah bagian dari rangkaian perjalanan mencari jati diri—bukan dengan kenyamanan, tapi dengan keberanian untuk tetap berjalan meski ragu.

Dan mungkin, di situlah jawabannya perlahan muncul.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan dari Jakarta ke Laos: Panduan Lengkap dan Pengalaman Liburan

Vientiane Laos, Ibu Kota yang Nyaman namun Tidak Menggugah untuk Dikunjungi Kembali